Lahirnya Partai Politik
Setelah anda mempelajari tentang perkumpulan Budi Utomo, selanjutnya
anda akan mempelajari tentang Sarekat
Islam. Sarekat Islam didirikan pada tahun 1911 di Solo, oleh Haji Samanhudi
Seorang pengusaha batik Laweyan, suatu perkumpulan yang terkenal batiknya.
Untuk mengetahui sekaligus memahami apa tujuan Sarekat Islam, ditinjau
dari anggaran dasarnya, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan Sarekat Islam
adalah sebagai berikut:
a.
Mengembangkan jiwa dagang
b.
Menolong anggota yang menjalani
kesulitan dalam bidang usaha
c.
Memajukan pengajaran dan semua usaha
yang mempercepat naiknya derajat rakyat
d.
Memperbaiki pendapat-pendapat yang
keliru mengenai agama islam
e.
Hidup menurut perintah agama (Nugroho
Notosusanto, 1982)
Sarekat Islam melangsungkan
kongres pertamanya pada tahun 1913 di Surabaya. Kekhawatiran pemerintah
terhadap perkembangan Sarekat Islam akan menjadi “bumerang” bagi pemerintah
sendiri, terlihat dari penolakan pemerintah terhadap permohonan Sarekat Islam
untuk mendapatkan Badan Hukum (rechtpersoon). Namun demikian, Sarekat
Islam di daerah diakui sebagai badan hukum yang berdiri sendiri, sementara
Sarekat Islam pusat mendapat pengakuan sebagai badan hukum berupa Sarekat Islam
Sentral, yang memiliki anggota bukan orang tetapi berupa organisasi Sarekat
Islam di daerah-daerah. Perkembangan Sarekat Islam menunjukkan kemajuan pesat
dan terus meluas, karena ia dianggapdapat menyalurkan aspirasi rakyat. Dalam
upaya menjaga agar Sarekat Islam tetap dekat dengan rakyat, maka dilakukan
pembatasan terhadap masuknya pegawai negeri sebagai anggota.
Pengakuan terhadap Sarekat Islam secara keseluruhan oleh pemerintah
mengandung niat yang tidak baik, dan hal itu dikemukakan oleh D.M.G. Koch
didalam bukunya yang berjudul Menuju
Kemerdekaan,bahwa dalam tubuh Sarekat Islam terdapat tiga aliran, yaitu:
1.
Golongan yang bersifat islam fanatik
2.
Golongan yang bersifat menentang keras
3.
Golongan yang hendak mencari kemajuan
dengan berangsur-angsur dan dengan bantuan pemerintah
Mengenai masalah yang
ditimbulkan oleh Sarekat Islam Semarang, Semaun tampil sebagai pemegang peran
merupakan sesuatu yang baru, karena sebelum menjadi anggota Sarekat Islam, dia
adalah anggota suatu perkumpulan yang mendasarkan pada ajaran Marxisme. Jadi
tidak aneh jika Sarekat Islam khususnya cabang Semarang berkembang ke arah kiri
menuju ke sikap yang beraliran “revolusioner
sosialistis”. Sistem keanggotaan ganda, lebih dari satu perkumpulan
memungkinkan Semaun dan kawan-kawan bebas melekukan ilfiltrasi (perembesan)
kepada cabang-cabang Sarekat Islam yang lain. Namun demikian, ternyata tidak
semua anggota mau menerima gagasan –gagasan Semaun tersebut, sehingga tak dapat
dihindari lagi terjadinya perpecahan di beberapa daerah, bahkan sampai memasukkan
suatu gagasan yang bersifat revolusioner-sosialistis didalam kongres Sarekat
Islam ketiga tahun 1918 di Surabaya. Gagasan pertentangan yaitu:
1.
Antara penjajah lawan terjajah
2.
Antara kapitalis melawan buruh
Pada tahun 1927, SI yang sudah berubah namanya menjadi partai sarekat islam (PSI) menjadi
anggota PPKI. Mulai tahun 1923 dalam kongres VII, SI berganti nama menjadi PSI
dan mulai bergerak dalam lapangan politik. Perpecahan tidak dapat dihindari
lagi karena terbukti adanya dua paham yang saling bersaing mendapatkan anggota.
Disatu pihak bercirikan paham islam dan dilain pihak bercirikan Marxisme, paham
islam dipimpin oleh Haji Agus Salim dan Abdul Muis, sementara kelompok yang
berpaham Marxisme dipimpin Semaun dan Tan Malaka.
Ketika kongres SI VI tahun 1921 berlangsung, kelompok Haji Agus Salim
berhasil mengusulkan tentang peraturan disiplin
partai, sehingga dengan sendirinya Semaun dikeluarkan dari keanggotaan SI.
Dengan demikian terbukalah suatu kemungkinan untuk mengakhiri infiltrasi dan
pengaruh Marxisme ke dalam tubuh SI. Semaun mengajak anggota-anggota lain yang
sepaham baik perorangan maupun cabang untuk mendirikan organisasi tandingan.
Dan akhirnya cabang-cabang SI yang berhaluan Marxisme berhasil membentuk
perkumpulan baru bernama Sarekat Rakyat
yang merupakan cabang PKI (Perkumpulan Komunis Indonesia, dan merupakan mantel
baru dari ISDV-Indisch Sosialistisch
Democratische Vereninging).
Maka, baik Partai Sarekat Islam maupun Sarekat Rakyat, sama-sama
berlomba dan berhasil mendapat dukungan massa. Namun, tahun 1929 PSI kembali
digerogoti dari dalam hingga mengalami perpecahan sampai beberapa kali. Dan
perpecahan tersebut berlangsung pada tahun 1942, ketika Jepang masuk ke
Indonesia , sejak itu PSI mengalami kemunduran. Pada masa jepang kehidupan
partai-parta politik di tanah air untuk sementara dipetieskan. Pada saat Jepang
mendarat pergerakan politik islam terpecah dalam tiga kelompok, yaitu:
1.
PSII dibawah pimpinan Abikusno
2.
PSII dibawah pimpinan Kartosuwiryo
3.
PII atau PARII (Partai Islam Indonesia)
dibawah pimpinan Dr. Sukiman
Setelah anda berhasil mempelajari
perkembangan SI, marilah perhatian kita alihkan pada sejarah perkembangan
organisasi lain yaitu IP (Indische Party),
IP lahir pada tanggal 1912, didirikan
oleh tiga tokoh pergerakan pada masa itu, ialah Dr. Douwes Dekker kemudian
dikenal dengan nama Danudirdja Setyabudhi, Dr. Tjipto Mangunkusumo dan Swardi
Surjaningrat yang luas dan memahami betul apa yang diinginkan oleh bangsanya.
Ketiga tokoh berusaha merumuskan anggaran dasar perkumpulan tersebut, hingga
hasilnya dapat kita lihat dari tujuan IP adalah membangun rasa cinta didalam
hati tiap-tiap orang Hindia (Indonesia pada waktu itu belum dikenal) terhadap
bangsa dan tanah airnya.
Cita-cita dan tujuan tersebut
disebarluaskan kepada masyarakat luas, melalui surat kabar. Dalam kenyataan
walaupun hanya berupa suatu perkumpulan namu dalam menyebarkan gagasan-gagasanya
kepada masyarakat luas takmkurang beraninya. Dan dan ternyata sepak terjang IP
dalam menarik massa mengundang perhatian ekstra daripemerintah, hingga
pemerintah beranggapan bahwa IP sudah bergerak diluar batas yang diizinkan oleh
pemerintah.
Tindakan pemerintah itu semakin nyata setelah
terbit tulisan Ki hajar Dewantara, ketika Belanda menyambut ulang tahun ke-100
negeri itu seperti yang dikutip oleh D.M.G Koch dari majalah de Gids antara
lain sebagai berikut: “sekiranya saya orang Belanda, masih belum saya akan
berlaku kehendak hati saya. Dengan sesungguhnya saya akan mengharap-harap,
supaya peringatan hari kemerdekaan itu dipestakan seramai-ramainya tetapi saya
akan tidak menyukai jika anak-anak negeri dari tanah jajahanini dibawa-bawa turut
berpesta…sejalan dengan aliran pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi
terlebih lagi tidak patut, jika anak-anak negeri disuruh menyumbang uang pula
untuk turut membelanjai pesta itu”.
Sindiran yang tajam tersebut
mengakibatkan keluarnya keputusan pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1913,
tepatnya pada tanggal 18 agustus yang berisi mengenai pembuangan ketiga
pimpinan IP yang dianggap sangat membahayakan itu ke tempat yang ditentukan.
Sepeninggal ketiga tokoh tersebut, IP mendapat nama baru yaitu Partai Insulinde. Sambutan masyarakat
luas terhadap Partai Insulide tidak sebaik terhadap IP. bahkan sebagian dari
anggota pribumi banyak yang kemudian memasuki Sarekat Islam. Kemerosotan yang
terus-menerus mengakibatkan NIP kehilangan pengaruhnya ndikalangan rakyat,
sedangkan yang tertinggal hanyalah sebagai perkumpulan kaum pelajar.
Perubahan nama, juga mengakibatkan
perubahan tujuan, yang semula tidak ada kaitannya dengan dunia politikmenjadi
dasar perjuangan. Tujuan PI(perhimpunan Indonesia) dapat disimpulkan sebagai
berikut: “Perhimpunan Indonesia bertujuan supaya mengusahakan suatu pemerintah
untuk Indonesia, yang bertanggung jawab kepada rakyat Indonesia semata-mata”. Tokoh-tokoh
PI yang gigih dan militan antara lain Moh Hatta, Subardjo, Abdul Madjid, Ali
Sastromidjojo, dan Natsir Datuk Pamuncak.
Lahirnya studie club ini sebagai penyaluran aspirasi pelajar. Yang pertanma
kali didirikan adalah Indonesische Studie Club di Surabaya oleh Dr. Sutomo pada
tahun 1942. Dr. Sutomo mendirikan ISC sebagai ungkapan rasa tidak puas terhadap
apa yang telah dilakukannya terhadap Budi Utomo. Tujuan dari ISC ini adalah
mendorong kaum terpelajar supaya mempunyai keinsyafan kewajibanterhadap
masyarakat dan memperdalam pengetahuan tentang politik dan mengajak mereka
membahas persoalan dan mengajarkan sesuatu yang berfaedah bagi masyarakat.
Algemene Studie Club terus
berkembang, setelah melalui diskusi yang panjang oleh delapan tokoh-tokohnya.
Ada beberapa diantaranya yang baru pulang dari negeri Belanda, tentu saja
mereka semua tadinya menjadi anggota perhimpunan Indonesia. Selanjutnya ke
delapan tokoh tersebut menjadi pendiri perkumpulan yang baru, bernama Partai Nasional Indonesia (PNI).
Penting
Anda mengetahui tokoh-tokoh tersebut, yaitu:
1.
Ir. Soekarno
2.
Dr. Tjipto Mangunkusumo
3.
Soedjadi
4.
Mr. Iskaq Tjokrohadisurjo
5.
Mr. Budiarjo
6.
Mr. Sunarjo
7.
Mr. Sartono
8.
Dr. Sanusi
PNI
tumbuh menjadi suatu partai besar, ternyata memiliki asas partai yang jelas,
yaitu:
1. Self-help,
artinya memperbaiki keadaan dengan kekuatan sendiri
2. Non-kooperasi, artinya
tidak mau atau tidak akan bersedia bekerja sama dengan pemerintah dan
imperialis, dan hanya akan mengakui peerintahan yang lahir dari rakyat sendiri
3. Marhaenisme,
artinya suatu macam prinsip yang berkeinginan mengangkat rakyat yang melarat
Mengenai keberhasilan PNI dapat
dibuktikan dengan diselenggarakannya Kongres yang pertama di Surabaya pada
tahun 1928. Hasil dari kongres tersebut antara lain berupa penyusunan program,
yang intinya antara lain:
1. Di
lapangan politik:
a. Memperkuat
rasa kebangsaan dan persatuan
b. Menyebarkan
pengetahuan sejarah nasional
c. Pan
Asianisme
d. Menuntut
kemerdekaan pers dan berserikat
2. Di
lapangan ekonomi, pada prinsipnya memajukan perekonomian nasional dengan
memperhatikan sektor-sektor yang mendapat prioritas
3. Di
lapangan sosial, pada prinsipnya meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup
bangsa Indonesia
Cita-cita persatuan bagi PNI, tidak
hanya semboyan belaka, akan tetapi dapat dibuktikan dengan gagasannya membentuk
PPKI. PPKI dibentuk semata-mata menyamakan tindakan dari kehendak yang tidak
jauh berbeda dari setiap organisasi anggotanya. Dalam hal ini PPKI memiliki
tujuan yang ingin dicapai, yaitu:
a. Persamaan
arah aksi kebangsaan, memperkuat dengan memperbaiki organisasi dan melakukan
kerja sama dalam perjuangan
b. Menghindarkan
perselisihan antar anggota yang akan merugikan perjuangan
Dalam perkembangan selanjutnya terlihat bagaimana kuatnya pengaruh PNI
dalam pergerakan nasional. Bahkan salah satu pendorong semangat pemuda-pemuda
dalam mewujudkan dan melahirkan Sumpah Pemuda tahun 1928, tidak lain sebagai
akibat pengaruh yang tidak kecil dari ide-ide. Kemajuan-kemajuan yang dicapai
PNI dalam meningkatkan kesadaran masyarakat ke aarah kemerdekaan, menimbulkan
kekhawatiran pemerintah, sehingga beberapa kali dikeluarkan peringatan yang
keras. Namun, ternyata peringatan tersebut tidak mengendorkan semangat untuk
terus berjuang.
Pada akhir tahun 1929 tersiar berita bersifat provokasi yang
mendesas-desuskan bahwa PNI akan menggerakan massa untuk melakukan
pemberontakan. Inilah yang ditunggu-tunggu, bahwa berdasarkan berita burung
tersebut, pemerintah Hindia Bekanda
mengadakan penggeledahan dan menangkap empat tokoh PNI, yaitu Ir Sukarno,
Maskun, Gatot Mangkuprodjo, Supriadinata.
Para pemimpin PNI ditangkap,
kemudian diajukan ke pengadilan kolonial dengan tuduhan bahwa ke empat orang
itu telah ikut parkumpulan yang bertujuan hendak melakukan kejahatan serta
telah menghasut rakyat. Walaupun semua sidang tak terbukti tuduhan tersebut,
namun pemerintah pada bulan April 1931 tetap menjatuhkan hukuman kepada empat
orang tadi, Ir Sukarno mendapat hukuman yang paling lama, yaitu penjara selama
4 tahun.
Ir. Sukarno sempat menyusun suatu pembelaan, hasil tulisannya dibukukan
dengan judul Indonesia Menggugat.
Keputusan pemerintah melalui pengadilan tersebut boleh juga diartikan
memberikan predikat kepada PNI sebagi suatu organisasi yang terlarang. Oleh
karena itu inisiatif MR. Sartono PNI dibubarkan pada tanggal 25 April 193.
Tindakan semacam itu menimbulkan perpecahan, karena ada juga kelompok yang
tidak setuju akan tindakan tersebut. Perpecahan ini ternyata melahirkan dua
kelompok yang masing-masing mendirikan organisasi baru yaitu Partindo dan PNI baru.
Sebenarnya semenjak pembubaran banyak sudah anggota PNI yang
mengundurkan diri. Setelah Ir. Sukarno mengecap kebebasan kembali ia
mengusahakan untuk merukunkan kedua pecahan PNI, namun tidak berhasil hingga ia
dibuang ke Endeh, dan kedua pimpinan PNI baru yaitu Syahrir dan Drs. Moh. Hatta
ditangkap lalu diasingkan ke Digul, Irian jaya. Keika Sukarno mengambil
keputusan masuk ke Partindo.
Dengan adnya penangkapan yang sewenang-wenang terhadap ara pimpinan PNI
baru dan Partindo, maka kehidupan kedua partai semakin merana dan akhirnya
keropos tak memiliki kekuatan. Akhirnya Partindo membubarkan diri pada tahun
1936, sementara PNI baru kendati tidak menyatakan diri bubar, namun dalam
kenyataanya praktis tidak dapat bergerak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar