Senin, 08 April 2013

Lahirnya Partai Politik



Lahirnya Partai Politik

          Setelah anda mempelajari tentang perkumpulan Budi Utomo, selanjutnya anda akan mempelajari tentang Sarekat Islam. Sarekat Islam didirikan pada tahun 1911 di Solo, oleh Haji Samanhudi Seorang pengusaha batik Laweyan, suatu perkumpulan yang terkenal batiknya.
          Untuk mengetahui sekaligus memahami apa tujuan Sarekat Islam, ditinjau dari anggaran dasarnya, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan Sarekat Islam adalah sebagai berikut:
a.       Mengembangkan jiwa dagang
b.      Menolong anggota yang menjalani kesulitan dalam bidang usaha
c.       Memajukan pengajaran dan semua usaha yang mempercepat naiknya derajat rakyat
d.      Memperbaiki pendapat-pendapat yang keliru mengenai agama islam
e.       Hidup menurut perintah agama (Nugroho Notosusanto, 1982)
          Sarekat Islam melangsungkan kongres pertamanya pada tahun 1913 di Surabaya. Kekhawatiran pemerintah terhadap perkembangan Sarekat Islam akan menjadi “bumerang” bagi pemerintah sendiri, terlihat dari penolakan pemerintah terhadap permohonan Sarekat Islam untuk mendapatkan Badan Hukum (rechtpersoon). Namun demikian, Sarekat Islam di daerah diakui sebagai badan hukum yang berdiri sendiri, sementara Sarekat Islam pusat mendapat pengakuan sebagai badan hukum berupa Sarekat Islam Sentral, yang memiliki anggota bukan orang tetapi berupa organisasi Sarekat Islam di daerah-daerah. Perkembangan Sarekat Islam menunjukkan kemajuan pesat dan terus meluas, karena ia dianggapdapat menyalurkan aspirasi rakyat. Dalam upaya menjaga agar Sarekat Islam tetap dekat dengan rakyat, maka dilakukan pembatasan terhadap masuknya pegawai negeri sebagai anggota.
        Pengakuan terhadap Sarekat Islam secara keseluruhan oleh pemerintah mengandung niat yang tidak baik, dan hal itu dikemukakan oleh D.M.G. Koch didalam bukunya yang berjudul Menuju Kemerdekaan,bahwa dalam tubuh Sarekat Islam terdapat tiga aliran, yaitu:
1.      Golongan yang bersifat islam fanatik
2.      Golongan yang bersifat menentang keras
3.      Golongan yang hendak mencari kemajuan dengan berangsur-angsur dan dengan bantuan pemerintah
         Mengenai masalah yang ditimbulkan oleh Sarekat Islam Semarang, Semaun tampil sebagai pemegang peran merupakan sesuatu yang baru, karena sebelum menjadi anggota Sarekat Islam, dia adalah anggota suatu perkumpulan yang mendasarkan pada ajaran Marxisme. Jadi tidak aneh jika Sarekat Islam khususnya cabang Semarang berkembang ke arah kiri menuju ke sikap yang beraliran “revolusioner sosialistis”. Sistem keanggotaan ganda, lebih dari satu perkumpulan memungkinkan Semaun dan kawan-kawan bebas melekukan ilfiltrasi (perembesan) kepada cabang-cabang Sarekat Islam yang lain. Namun demikian, ternyata tidak semua anggota mau menerima gagasan –gagasan Semaun tersebut, sehingga tak dapat dihindari lagi terjadinya perpecahan di beberapa daerah, bahkan sampai memasukkan suatu gagasan yang bersifat revolusioner-sosialistis didalam kongres Sarekat Islam ketiga tahun 1918 di Surabaya. Gagasan pertentangan yaitu:
1.      Antara penjajah lawan terjajah
2.      Antara kapitalis melawan buruh
          Pada tahun 1927, SI yang sudah berubah namanya menjadi partai sarekat islam (PSI) menjadi anggota PPKI. Mulai tahun 1923 dalam kongres VII, SI berganti nama menjadi PSI dan mulai bergerak dalam lapangan politik. Perpecahan tidak dapat dihindari lagi karena terbukti adanya dua paham yang saling bersaing mendapatkan anggota. Disatu pihak bercirikan paham islam dan dilain pihak bercirikan Marxisme, paham islam dipimpin oleh Haji Agus Salim dan Abdul Muis, sementara kelompok yang berpaham Marxisme dipimpin Semaun dan Tan Malaka.
          Ketika kongres SI VI tahun 1921 berlangsung, kelompok Haji Agus Salim berhasil mengusulkan tentang peraturan disiplin partai, sehingga dengan sendirinya Semaun dikeluarkan dari keanggotaan SI. Dengan demikian terbukalah suatu kemungkinan untuk mengakhiri infiltrasi dan pengaruh Marxisme ke dalam tubuh SI. Semaun mengajak anggota-anggota lain yang sepaham baik perorangan maupun cabang untuk mendirikan organisasi tandingan. Dan akhirnya cabang-cabang SI yang berhaluan Marxisme berhasil membentuk perkumpulan baru bernama Sarekat Rakyat yang merupakan cabang PKI (Perkumpulan Komunis Indonesia, dan merupakan mantel baru dari ISDV-Indisch Sosialistisch Democratische Vereninging).
          Maka, baik Partai Sarekat Islam maupun Sarekat Rakyat, sama-sama berlomba dan berhasil mendapat dukungan massa. Namun, tahun 1929 PSI kembali digerogoti dari dalam hingga mengalami perpecahan sampai beberapa kali. Dan perpecahan tersebut berlangsung pada tahun 1942, ketika Jepang masuk ke Indonesia , sejak itu PSI mengalami kemunduran. Pada masa jepang kehidupan partai-parta politik di tanah air untuk sementara dipetieskan. Pada saat Jepang mendarat pergerakan politik islam terpecah dalam tiga kelompok, yaitu:
1.      PSII dibawah pimpinan Abikusno
2.      PSII dibawah pimpinan Kartosuwiryo
3.      PII atau PARII (Partai Islam Indonesia) dibawah pimpinan Dr. Sukiman
        Setelah anda berhasil mempelajari perkembangan SI, marilah perhatian kita alihkan pada sejarah perkembangan organisasi lain yaitu IP (Indische Party), IP lahir pada tanggal 1912, didirikan oleh tiga tokoh pergerakan pada masa itu, ialah Dr. Douwes Dekker kemudian dikenal dengan nama Danudirdja Setyabudhi, Dr. Tjipto Mangunkusumo dan Swardi Surjaningrat yang luas dan memahami betul apa yang diinginkan oleh bangsanya. Ketiga tokoh berusaha merumuskan anggaran dasar perkumpulan tersebut, hingga hasilnya dapat kita lihat dari tujuan IP adalah membangun rasa cinta didalam hati tiap-tiap orang Hindia (Indonesia pada waktu itu belum dikenal) terhadap bangsa dan tanah airnya.
        Cita-cita dan tujuan tersebut disebarluaskan kepada masyarakat luas, melalui surat kabar. Dalam kenyataan walaupun hanya berupa suatu perkumpulan namu dalam menyebarkan gagasan-gagasanya kepada masyarakat luas takmkurang beraninya. Dan dan ternyata sepak terjang IP dalam menarik massa mengundang perhatian ekstra daripemerintah, hingga pemerintah beranggapan bahwa IP sudah bergerak diluar batas yang diizinkan oleh pemerintah.
         Tindakan pemerintah itu semakin nyata setelah terbit tulisan Ki hajar Dewantara, ketika Belanda menyambut ulang tahun ke-100 negeri itu seperti yang dikutip oleh D.M.G Koch dari majalah de Gids antara lain sebagai berikut: “sekiranya saya orang Belanda, masih belum saya akan berlaku kehendak hati saya. Dengan sesungguhnya saya akan mengharap-harap, supaya peringatan hari kemerdekaan itu dipestakan seramai-ramainya tetapi saya akan tidak menyukai jika anak-anak negeri dari tanah jajahanini dibawa-bawa turut berpesta…sejalan dengan aliran pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi terlebih lagi tidak patut, jika anak-anak negeri disuruh menyumbang uang pula untuk turut membelanjai pesta itu”.
          Sindiran yang tajam tersebut mengakibatkan keluarnya keputusan pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1913, tepatnya pada tanggal 18 agustus yang berisi mengenai pembuangan ketiga pimpinan IP yang dianggap sangat membahayakan itu ke tempat yang ditentukan. Sepeninggal ketiga tokoh tersebut, IP mendapat nama baru yaitu Partai Insulinde. Sambutan masyarakat luas terhadap Partai Insulide tidak sebaik terhadap IP. bahkan sebagian dari anggota pribumi banyak yang kemudian memasuki Sarekat Islam. Kemerosotan yang terus-menerus mengakibatkan NIP kehilangan pengaruhnya ndikalangan rakyat, sedangkan yang tertinggal hanyalah sebagai perkumpulan kaum pelajar.
         Perubahan nama, juga mengakibatkan perubahan tujuan, yang semula tidak ada kaitannya dengan dunia politikmenjadi dasar perjuangan. Tujuan PI(perhimpunan Indonesia) dapat disimpulkan sebagai berikut: “Perhimpunan Indonesia bertujuan supaya mengusahakan suatu pemerintah untuk Indonesia, yang bertanggung jawab kepada rakyat Indonesia semata-mata”. Tokoh-tokoh PI yang gigih dan militan antara lain Moh Hatta, Subardjo, Abdul Madjid, Ali Sastromidjojo, dan Natsir Datuk Pamuncak.
        Lahirnya studie club ini sebagai penyaluran aspirasi pelajar. Yang pertanma kali didirikan adalah Indonesische Studie Club di Surabaya oleh Dr. Sutomo pada tahun 1942. Dr. Sutomo mendirikan ISC sebagai ungkapan rasa tidak puas terhadap apa yang telah dilakukannya terhadap Budi Utomo. Tujuan dari ISC ini adalah mendorong kaum terpelajar supaya mempunyai keinsyafan kewajibanterhadap masyarakat dan memperdalam pengetahuan tentang politik dan mengajak mereka membahas persoalan dan mengajarkan sesuatu yang berfaedah bagi masyarakat.
          Algemene Studie Club terus berkembang, setelah melalui diskusi yang panjang oleh delapan tokoh-tokohnya. Ada beberapa diantaranya yang baru pulang dari negeri Belanda, tentu saja mereka semua tadinya menjadi anggota perhimpunan Indonesia. Selanjutnya ke delapan tokoh tersebut menjadi pendiri perkumpulan yang baru, bernama Partai Nasional Indonesia (PNI).
Penting Anda mengetahui tokoh-tokoh tersebut, yaitu:
1.      Ir. Soekarno
2.      Dr. Tjipto Mangunkusumo
3.      Soedjadi
4.      Mr. Iskaq Tjokrohadisurjo
5.      Mr. Budiarjo
6.      Mr. Sunarjo
7.      Mr. Sartono
8.      Dr. Sanusi
PNI tumbuh menjadi suatu partai besar, ternyata memiliki asas partai yang jelas, yaitu:
1.      Self-help, artinya memperbaiki keadaan dengan kekuatan sendiri
2.      Non-kooperasi, artinya tidak mau atau tidak akan bersedia bekerja sama dengan pemerintah dan imperialis, dan hanya akan mengakui peerintahan yang lahir dari rakyat sendiri
3.      Marhaenisme, artinya suatu macam prinsip yang berkeinginan mengangkat rakyat yang melarat
          Mengenai keberhasilan PNI dapat dibuktikan dengan diselenggarakannya Kongres yang pertama di Surabaya pada tahun 1928. Hasil dari kongres tersebut antara lain berupa penyusunan program, yang intinya antara lain:
1.      Di lapangan politik:
a.       Memperkuat rasa kebangsaan dan persatuan
b.      Menyebarkan pengetahuan sejarah nasional
c.       Pan Asianisme
d.      Menuntut kemerdekaan pers dan berserikat
2.      Di lapangan ekonomi, pada prinsipnya memajukan perekonomian nasional dengan memperhatikan sektor-sektor yang mendapat prioritas
3.      Di lapangan sosial, pada prinsipnya meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup bangsa Indonesia
          Cita-cita persatuan bagi PNI, tidak hanya semboyan belaka, akan tetapi dapat dibuktikan dengan gagasannya membentuk PPKI. PPKI dibentuk semata-mata menyamakan tindakan dari kehendak yang tidak jauh berbeda dari setiap organisasi anggotanya. Dalam hal ini PPKI memiliki tujuan yang ingin dicapai, yaitu:
a.       Persamaan arah aksi kebangsaan, memperkuat dengan memperbaiki organisasi dan melakukan kerja sama dalam perjuangan
b.      Menghindarkan perselisihan antar anggota yang akan merugikan perjuangan
         Dalam perkembangan selanjutnya terlihat bagaimana kuatnya pengaruh PNI dalam pergerakan nasional. Bahkan salah satu pendorong semangat pemuda-pemuda dalam mewujudkan dan melahirkan Sumpah Pemuda tahun 1928, tidak lain sebagai akibat pengaruh yang tidak kecil dari ide-ide. Kemajuan-kemajuan yang dicapai PNI dalam meningkatkan kesadaran masyarakat ke aarah kemerdekaan, menimbulkan kekhawatiran pemerintah, sehingga beberapa kali dikeluarkan peringatan yang keras. Namun, ternyata peringatan tersebut tidak mengendorkan semangat untuk terus berjuang.
          Pada akhir tahun 1929 tersiar berita bersifat provokasi yang mendesas-desuskan bahwa PNI akan menggerakan massa untuk melakukan pemberontakan. Inilah yang ditunggu-tunggu, bahwa berdasarkan berita burung tersebut, pemerintah Hindia Bekanda  mengadakan penggeledahan dan menangkap empat tokoh PNI, yaitu Ir Sukarno, Maskun, Gatot Mangkuprodjo, Supriadinata.
           Para pemimpin PNI ditangkap, kemudian diajukan ke pengadilan kolonial dengan tuduhan bahwa ke empat orang itu telah ikut parkumpulan yang bertujuan hendak melakukan kejahatan serta telah menghasut rakyat. Walaupun semua sidang tak terbukti tuduhan tersebut, namun pemerintah pada bulan April 1931 tetap menjatuhkan hukuman kepada empat orang tadi, Ir Sukarno mendapat hukuman yang paling lama, yaitu penjara selama 4 tahun.
          Ir. Sukarno sempat menyusun suatu pembelaan, hasil tulisannya dibukukan dengan judul Indonesia Menggugat. Keputusan pemerintah melalui pengadilan tersebut boleh juga diartikan memberikan predikat kepada PNI sebagi suatu organisasi yang terlarang. Oleh karena itu inisiatif MR. Sartono PNI dibubarkan pada tanggal 25 April 193. Tindakan semacam itu menimbulkan perpecahan, karena ada juga kelompok yang tidak setuju akan tindakan tersebut. Perpecahan ini ternyata melahirkan dua kelompok yang masing-masing mendirikan organisasi baru yaitu Partindo dan PNI baru.
         Sebenarnya semenjak pembubaran banyak sudah anggota PNI yang mengundurkan diri. Setelah Ir. Sukarno mengecap kebebasan kembali ia mengusahakan untuk merukunkan kedua pecahan PNI, namun tidak berhasil hingga ia dibuang ke Endeh, dan kedua pimpinan PNI baru yaitu Syahrir dan Drs. Moh. Hatta ditangkap lalu diasingkan ke Digul, Irian jaya. Keika Sukarno mengambil keputusan masuk ke Partindo.
         Dengan adnya penangkapan yang sewenang-wenang terhadap ara pimpinan PNI baru dan Partindo, maka kehidupan kedua partai semakin merana dan akhirnya keropos tak memiliki kekuatan. Akhirnya Partindo membubarkan diri pada tahun 1936, sementara PNI baru kendati tidak menyatakan diri bubar, namun dalam kenyataanya praktis tidak dapat bergerak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar